Di tahun-tahun lima puluhan, beredar terjemahan novelet Damon Runyon, Hantu dan Daniel Webster. Isinya tetang seorang Amerika abad lalu yang menggadaikan jiwanya kepada setan agar berhasil gemilang dalam profesi. Diakhir masa gadai, sang setan datang untuk menagih: orang itu harus hidup dalam bentuk lain. Menjadi kupu-kupu yang ditaruh dalam sebuah tabung, mengutuki nasibnya yang jelek, menjadi hamba setan.
Untungnya, melalui berbagai argumen dalam perdebatan antara pembela hukumnya—Daniel Webster—dengan sang setan, dalam sebuah ‘peradilan spiritual’ yang unik, orang itu akhirnya dibebaskan dari sanksi.
Bagi kita, penggadaian jiwa kepada setan bukan dongeng aneh. Sekian banyak kepercayaan akan pesugihan sudah menjadi pengetahuan umum—dari soal monyet di Gunung Kawi, yang dikatakan penjelmaan dari mereka yang dulu dianugerahi kekayaan luar biasa, hingga babi jadi-jadian yang konon kembali menjadi manusia di kala mati dibunuh orang. Juga tuyul, yang kemarin dipopulerkan itu.